Pendidikan-Dalam penelusuran saya, saya menemukan bahwa banyak mahasiswa enggan memilih beberapa perguruan tinggi swasta karena berbagai alasan. Salah satunya adalah karena perguruan tinggi tersebut menetapkan skor TOEFL yang tinggi sebagai syarat untuk mengikuti sidang kelulusan, bahkan untuk pengambilan ijazah setelah lulus.
Bahkan, ada kasus di mana ijazah ditahan karena skor TOEFL yang tidak memenuhi syarat hingga lebih dari lima tahun. Kebijakan seperti ini sudah umum di hampir semua kampus besar yang mengklaim diri sebagai kampus unggul. Salah satu dampaknya adalah mereka akan mengalami kesulitan mendapatkan mahasiswa baru, karena bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik dan berasal dari sekolah internasional, lebih memilih untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Penahanan ijazah karena syarat TOEFL yang tidak terpenuhi dapat menjadi penghalang besar bagi motivasi mahasiswa untuk berkuliah di kampus tertentu. Kebijakan ini sering menimbulkan kecemasan dan stres, terutama bagi mereka yang merasa kesulitan mencapai skor yang ditargetkan. Ketakutan akan kegagalan ini dapat sangat menghambat, mengurangi semangat untuk belajar, dan pada akhirnya, menurunkan partisipasi dalam kegiatan akademis.
Lebih jauh, kebijakan ini tidak hanya berdampak pada kehidupan akademik mahasiswa, tetapi juga pada aspek finansial mereka. Biaya untuk mengikuti tes TOEFL dan kursus persiapannya tidak sedikit, yang mungkin tidak terjangkau bagi sebagian mahasiswa.
Baca juga:
Rektor UNP Bahas Kerjasama dengan LIPIA
|
Selain itu, mahasiswa yang memiliki prioritas atau minat lain mungkin merasa bahwa memenuhi standar TOEFL adalah beban tambahan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan atau karir mereka.Hal ini dapat menyebabkan kurangnya motivasi untuk menyelesaikan studi atau bahkan keengganan untuk memulai studi di kampus yang menerapkan aturan ketat tersebut.
Keterlambatan dalam penerimaan ijazah juga dapat menghambat mahasiswa dari memasuki pasar kerja, yang menambah tekanan dan kekhawatiran tentang masa depan mereka. Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi institusi pendidikan untuk mendukung mahasiswa dengan menyediakan sumber daya yang lebih memadai, seperti program bimbingan bahasa Inggris yang efektif, kursus persiapan TOEFL yang lebih terjangkau, dan alternatif lain untuk membuktikan kemampuan bahasa.
Selain itu, universitas juga perlu mengkomunikasikan nilai dan pentingnya kemahiran bahasa Inggris dengan cara yang lebih positif dan mendukung, sehingga mahasiswa merasa termotivasi dan dihargai dalam upaya mereka mencapai standar tersebut. Dengan demikian, mahasiswa akan lebih termotivasi untuk tetap bersemangat dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan akademis mereka, sekaligus mempersiapkan mereka untuk peluang karir global di masa depan.